Sumber : jobs.newscientist.com
            Pelaksanaan eksperimen yang berkenaan dengan bahan kimia memerlukan praktik kerja yang aman dan selamat. Sehingga dapat mengurangi risiko dan melindungi kesehatan serta keselamatan pegawai laboratorium, sekaligus publik dan lingkungan sekitar nya. Dalam berkerja dengan bahan kimia diperlukan prinsip yang mendasari semua praktik kerja yaitu :
1.      Rencana Sebelumnya, sebelum berkerja dengan bahan-bahan kimia mestinya setiap pekerja memiliki rencana sebelum memulai kerjanya. Struktur perencanaan yang baik akan memudahkan perkerja dalam melakukan eksperimen nya.
2.      Batasi paparan kebahan kimia, penggunaan APD sangat ditekankan untuk mencegah terkena paparan bahan kimia ketubuh atau pun terhirup secara tidak sengaja.
3.      Jangan meremehkan resiko, mengangap semua bahan memilki resiko sebagai zat beracun dapat menjadikan setiap pekerja untuk terus berhati-hati.
4.      Bersiaplah jika terjadi kecelakaan, sikap yang slalu sedia serta telah memiliki bekal untuk bertindak saat terjadi kecelakaan sangat dibutuhkan disetiap diri pekerja, sikap yang tidak sedia atau gegabah hanya akan menambah besarnya kecelakaan dalam berkerja dengan bahan kimia.
A.    Prosedur Umum untuk Bekerja dengan Bahan Kimia Berbahaya
1.      Perilaku Pribadi
Semua pegawai didalam laboratorium kimia mesti mematuhi standar profesional berikut :
·         Tidak mengangu atau mengejutkan pegawai lain
·         Tidak bercanda atau pun membiarkan keributan terjadi kapan pun
·         Menggunakan alat dan bahan hanya untuk tujuan yang dimadsutkan
·         Kaji prosedur keselamatan dasar dengan seluruh pengunjung laboratorium
·         Mengembangkan kebijakan terkait anak di bawah umur di dalam laboratorium serta disetujui oleh semua pihak
2.      Mengurangi Paparan Ke Bahan Kimia
Secara umum paparan kimia yang mesti dihindari yaitu, kontak dengan kulit dan mata, terhirup, ataupun tertelan.
a.       Kendali Teknik
Kendali teknik adalah tindakan yang menghilangkan, memisahkan, atau mengurangi paparan ke bahaya kimia atau fisik melalui penggunaan berbagai perangkat. Dalam hal ini kendali teknik merupakan pertahanan pertama dan utama untuk melindungi pegawai atau pekerja serta sarana dan prasarana dilaboratorium.
b.      Menghindari Cedera Mata
Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan mata pekerja ataupun pengunjung di laboratorium. Oleh karena itu pemakaian kaca mata khusus yang tahan terhadap potensi bahaya kimia dan panas mesti dilakukan oleh semua pihak. Penelitian yang beresiko ledakan ataupun menyebabkan cedera mata harus memiliki kendali teknik untuk pencegahan utama.
c.       Menghindari Mencerna Bahan Kimia Berbahaya
Hal yang sangat mesti dihidari dalam berkerja dilaboratorium kimia adalah mencoba untuk makan ataupun minum didalam laboratorium baik saat berlangsungnya sebuah penelitian ataupun tidak. Serta tidak membawa ataupun menyimpan peralatan makan ke dalam laboratorium. Selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah berkerja dilaboratorium meski telah menggunakan sarung tangan.
d.      Menghindari Penghirupan Bahan Kimia Berbahaya
Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan dalam kerja dilaboratorium bisa mengeluarkan gas berbahaya. Oleh karena itu, penggunaan masker yang sesuai sangat diperlukan sehingga gas berbahaya yang dihasilkan tidak terhirup.
e.       Meminimalkan Kontak Kulit
Sarung tangan khusus untuk pekerja dalam laboratorium sangat membantu untuk mengurangi terjadi nya kontak langsung dengan bahan kimia. Beberapa bahan kimia memang sangat berbahaya jika terkena langsung oleh kulit. Oleh karena itu sarung tangan serta jas lab sangan dibutuhkan dalam hal ini. Pengunaan sarung tangan pun tidak boleh dilakukan berulang-ulang.
3.      Perawatan
Laboratorium yang rapi dan bersih memberikan kenyamanan dan keamanam untuk para pekerja dilaboratorium. Sebaliknya tidak tertata nya laboratorium secara benar akan menyulitkan serta membahayakan perkerja baik saat berkerja ataupun terjadinya suatu kecelakaan. Adapun peraturan dalam perawatan laboratorium yaitu ;
a.       Tidak menghalangi akses jalan dan alat-alat penaganan darurat ketika terjadinya kecelakaan
b.      Bersihkan daerah kerja baik sesudah atau pun sebelum kerja dilaksanakan
c.       Menyimpan dan meurutkan bahan kimia secara teratur, serta memahami peletakan bahan kimia yang mana boleh digabungkan ataupun tidak
d.      Meletakkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan ke tempat awal penyimpanan nya
e.       Mengencangkan semua tabung gas yeng telah digunakan
f.       Mengunakan dengan semestinya penyimpanan-penyimpanan bahan dan alat-alat kimia di labortorium.
4.      Menangani Zat yang Mudah Terbakar
Dalam merencanakan pertimbangan resiko kebakaran operasi laboratorium, maka kita harus mengenali agar dapat memisahkan material yang mudah terbakar dan gampang menyala. Karena material ini bahaya yang sudah umum di laboratorium. Tujuan dari mengurangi zat yang mudah terbakar ini adalah untuk mengendalikan potensi bahaya kebakaran yang terjadi di tempat kerja ataupun laboratorium.  Dibawah ini adalah beberapa tata cara dalam mengurangi zat yang mudah terbakar di laboratorium,  yaitu :
          Untuk mengurangi resiko kebakaran di laboratorium, maka kita harus mempelajari dan mengetahui sifat dari material.
          Menyingkirkan apa saja sumber penyulutan dan hindari adanya bahan bakar dan pengoksidasi secara Bersam.
         Dalam mencegah ataupun menanggulangi tumpahan cairan yang mudah terbakar kita harus merencanakan terlebih dahulu dengan menggunakan pengaman sekunder.
    Harus mempelajari prosedur kesiapan keadaan darurat Lembaga untuk mencegah terjadinya resiko kebakaran di laboratorium.
5.      Bekerja Dengan Reaksi yang Diperbesar
Dalam menjaga perencanaan khusus agar skala yang digunakan besar tetap aman maka diperlukan perhatian. Dengan menggunakan reaksi yang skalanya diperbesar maka reaksi itu menghasilkan beberapa mg ataupun gr sehingga reaskinya menghasilkan lebih dari 100gr produk dan dapat meningkatkan resiko. Dalam kondisi yang skalanya diperbesar maka terdapat evaluasi bahaya resiko yang perantara mengandung kelompok  fungsional yang memiliki Riwayat meledak sehingga meningkatkan tekanan secara besar- besaran, reaktan dapat berpolimerisasi sendiri, reaksi memerlukan suhu yang kurang dari 0⁰C dan dapat menimbulkan bahaya, dan lain- lainnya. Dalam pertimbangan agar meningkatkan skala proses dalam berbagai Langkah kecil,  dengan mengevaluasi cara diatas.  Memahami sifat reaktif reaktan dan pelarut, yang mungkin terjadi pada skala kecil dengan cara mempelajarinya dari sumber lain juga.
6.      Membiarkan Eksperimen Tidak Dijaga dan Bekerja Sendirian
Saat hendak bekerja dengan menggunakan yang memerlukan fasilitas laboratorium, maka tidak akan diperkenankan masuk kedalam laboratorium jika ia bekerja sendirian. Pada saat pegawai bekerja sendirian di dalam laboratorium, maka pegawai harus melakukan pemeriksaan satu sama lain atau meminta petugas yang mengjaga laboratorium untuk memeriksanya. Karena di dalam lanoratorium tidak diperkenankan bekerja sendirian, apalagi saat melakukan eksperimen yang berbahaya.
7.      Menanggulangi Kecelakaan dan Keadaan Darurat
Semua yang dilakukan di dalam laboratorium dengan keadaan darurat, maka pegawai berhak mengetahuinya. Dan semua laboratorium wajib memiliki rencana tanggap darurat tertulis untuk mengatasi cedera, kecelakaan, dan kebakaran maupun peristiwa yang terjadi dan membahayakan di laboratorium.
1.      Menangani Pelepasan Zat Berbahaya Secara Tidak Sengaja
Dalam melakukan eksperimen untuk mengurangi kemungkinan pelepasan zat yang berbahaya tanpa disengaja, maka kita dapat mengikuti beberapa panduan umum sebagai berikut :
1.      Memberitahu pegawai laboratorium lainnya tenyang kecelakaan yang terjadi dan mengevakuasi area jika perlu.
2.      Merawat pegawai yang cedera atau terkontaminasi dan bila perlu meminta bantuan.
3.      Lakukan beberapa Langkah untuk menghalangi dan membatasi tumpahan yang berbahaya.
4.      Mmebersihkan tumpahan dengan mengikuti prosedurnya.
5.      Membuang bahan yang terkontaminasi dengan tempat yang benar dan aman.
2.      Perangkat Pengaman Tumpahan
Semua orang yang bekerja di laboratorium yang beresiko tempat zat yang berbahaya, maka digunakan kebijakan kendali tumpahan lembaga. Dengan adanya perangkat yang digunakan ini adalah untuk menghalangi dan membatasi adannya tumpahan jika tumpahan ini dapat menyebabkan risiko cedera atau terkontaminasi. Menyimpan tumpahan perangkat laboratorium didekat jalan keluarnya agar tumpahan ini siap  di akses. Dalam perangkat pengendalian tumpahan biasanya mencakup beberapa item, diantaranya : Bantal pengendalian tumpahan (gunanya sebagai penyerap pelarut, asam, dan alkali tanah, tetapi     tidak digunakan untuk menyerap bahan asam hidroflorat), Absorbem lembam (sebagai pembersih bahan pengoksidasian seperti asam nitrat), Bahan penetral untuk tumpahan asam dan bahan penetral untuk tumpahan alkali, Sekop dan bahan pembersih, serta peringatan dan perlindungan yang tepat agar tidak tergelincir atau terjatuh di laintai basah. Jika terjadi pelepasan zat berbahaya secara tidak sengaja bila zat tersebut dapat diserap, dinetralkan, maupun dikendalikan oleh pegawai perawatan.
3.      Tumpahan dengan Zat Bertoksisitas Tinggi
Melakukan eksperimmen dengan bahan kimia sangat beracun di daerah kerja yang dirancang untuk mengamankan pelepasan secara tidak sengaja. Latih semua pegawai laboratorium dalam penggunaan dan memastikan bahwa prosedur tanggap darurat, perangkat tumpahan, dan perangkat tanggap darurat tersebut. Untuk menghindari kontaminasi dan membuatnya mudah di akses maka kita harus menandai atau menyimpan dengan memberi segel bahwa bahan ini mudah terkontaminasi dan merupakan zat beracun. Dan pasang semua informasi mengenai toksisitas dan tanggap darurat di luar area terdekat sehingga dapat di akses dalam keadaan darurat.
4.      Pembersihan Tumpahan
Pembersihan tumpahan ini bertujuan agar jika terjadi tumpahan pada zat kimia tidak mengenai pekerja yang bekerja di laboratorium, sebab zat yang tumpah ini sangat berbahaya jika mengenai tubuh ataupun kulit. Untuk cara pembersihan zat kimia sangat berbeda dengan tumpahan biasa.  Membersihkan tumpahan berbeda- beda tergantung lokasi kecelakaan, jumlah dan bahaya tumpah, serta pelatihan orang yang terlibat. Pembersihan tersebut dilakukan dengan menggunakan PPE yang tepat dan sesuai lembaga. Beberapa panduan untuk membersihkan tumpahan tidak sengaja dan tidak darurat antara lain : mengidentifikasi terlebih dahulu bahan yang tumpah tersebut, memakai alat pengaman diri (APD), jangan mencoba membersihkan zat yang sangat beracun sendirian, akan tetapi beritahu lembaga tanggap darurat dan menghubungi petugas keselamatan dan keamanan kimia laboratorium, serta untuk manajemen puing bersihkan puing sebagai sampah berbahaya.
5.      Menangani Tumpahan Merkuri Unsur
 Tumpahan merkuri yang tidak disengaja di lantai atau dinding menjadi masalah serius dan berisiko tinggi atau kronis di laboratorium. Oleh karena itu, perlunya mengikuti panduan untuk menangani tumpahan merkuri unsur atau menghubungi satuan tugas keselamatan kerja. Perlakuan yang diperlukan antara lain : mengisolasi daerah tumpahan merkuri, menggunakan APD saat proses pembersihan, mengumpulkan tumpahan dengan handuk basah atau skraper/selembaran karton atau spons pembersih atau vacuum cleaner, memasukkan dalam botol polietilena lalu diberikan ke penyimpanan pusat, dan lakukan dekontaminasi pada daerah yang terpapar.
6.      Menanggulangi kebakaran
Bahaya dari bahan kimia dapat mengakibatkan bahaya kecelakan seperti yang sering terjadi yaitu kebakaran. Jika terjadi kebakaran harus dilaporkan sesegera mungkin kepada Satuan Tugas Keselamatan Kerja untuk penyelidikan dan mengaktifkan alarm kebakaran. Semua orang di laboratorium harus memahami panduan untuk menanggulangi dan mecegah kebakaran antara lain : Seluruh orang di laboratorium mengetahui lokasi pemadam api dan mengidentifikasi pemadam kebakaran yang benar sesuai jenis pemadam kebakaran. Kebakaran akibat logam reaktif dan senyawa organometalik dipadamkan menggunakan pemadam  khusus atau menutupinya dengan pasir kering. Dan jika perlu, gunakan metode pemampatan api tambahan jika zat yang mudah terbakar terlibat, Jika anda tidak terlatih dalam menggunakan jenis pemadam kebakaran, segera evakuasi diri. Jika baju seseorang terkena api, langsung masukkan ke pancuran keselamatan. Bisa dengan cara lain, seperti melepaskan terlebih dahulu pakaian yang terkontaminasi lalu balut korban menggunakan selimut api, dan rujuk ke perawatan medis lebih lanjut.
B.     Bekerja dengan zat dengan toksisitas tinggi
Eksperimen yang menggunakan zat dengan toksisitas tinggi diperlukan perencanaan yang tepat dan sudah dikonsultasikan dengan rekan kerja dan ahli dalam bidang keselamatan laboratorium. Mempelajari dan mencari informasi seluas-luasnya toksikologi maupun hal-hal yang kecil seperti MSDS. Mempertimbangkan penggunaan zat yang sangat beracun dengan menggantikannya dengan zat yang toksisitas lebih rendah, serta meminimalisir penggunaan bahan.
1.      Merencanakan Eksperimen yang Melibatkan Bahan Kimia Sangat Beracun
Persiapan eksperimen harus dilakukan dengan teliti dari awal bahan didapatkan sampai membuang bahan kimia dengan toksisitas tinggi. Perhatikan jumlah bahan yang dipakai, orang-orang yang terlibat, dan catatan di laboratorium. Pemantaun kepada pelaku eksperimen diperlukan utuk menjaga tetap aman dalam menyadari tingkat paparan toksisitas zat yang sangat beracun.  Pelaku eksperimen wajib mengetahui tanda dan gejala paparan akut dan kronis, dan lakukan konsultasi kepada dokter untuk untuk pemeriksaan kesehatan.
2.      Menandai Area yang Ditentukan
Eksperimen di dalam laboratorium diperlukan adanya isolasi atau pembatasan daerah kerja yang melibatkan zat kimia yang toksisitas tinggi. Area rawan dari zat sangat beracun ini harus diketahui oleh semua orang laboratorium, dipasang penanda yang jelas, dan area ini juga sebagai tempat pemindahan bahan kimia beracun dari wadah penyimpanan atau lemari penyimpanan ke bejana reaksi yang akan dipakai. Menurut CSSO, Seorang supervisor laboratorium  wajib menentukan penyimpanan, prosedur, serta pembatasan area untuk bahan kimia dengan toksisitas yang tinggi.
3.      Mengendalikan Akses
Penggunaan zat dengan toksisitas tinggi sangat dibatasi aksesnya hanya diperuntukkan kepada orang yang berwenang atas pekerjaan di laboratorium serta pernah dilatih untuk tindakan pencegahan khusus yang berlaku. Pengerjaan yang menggunakan bahan ini dalam waktu yang lama memerlukan operasi tanpa dilakukan penjagaan serta adanya pilihan cadangan dengan perangkat pelindung seperti perangkat pematian untuk pendeteksi jika terjadi kelebihan kalor atau tekanan reaksi. Selain itu, Interlock peralatan dalam eksperiman untuk keamanan yang lebih terjaga.
4.      Meminimalkan Paparan Bahan Kimia Sangat Beracun
Pencegahan, meminimalisir dan mendorong keselamatan di laboratorium yang berkaitan dengan bahaya bahan kimia yang sangat beracun bisa dilakukan dengan cara seperti, memakai alat perlindungan diri dengan lengkap untuk melindungi kulit, wajah, tangan, dll. Melakukan prosedur, pengisolasian peralatan, dan pemindahan bahan dengan hati-hati dan benar. Serta kebersihan laboratorium yang terjaga.
5.      Penyimpanan dan Pembuangan Limbah
Bahan kimia dengan toksisitas tinggi dalam penyimpanan dan pembuangan limbah harus mengikuti prosedur lembaga/ aturan yang berlaku. Semua wadah limbah tersebut diberi label dengan dituliskan komposisinya, bahayanya, dan peringatan dalam penanganannya. Menyimpan limbah tersebut dalam area khusus.
C.    Bekerja dengan Bahan Berbahaya Hayati
Bahan kimia berbahaya hayati adalah bahan kimia yang sangat berbahaya yang umumnya menyebabkan infeksi serta keracunan. Dengan sifat yang demikian, maka diperlukan tindakan tambahan dalam bekerja menggunakan bahan-bahan ini. Perlakuan-perlakuan tersebut antara lain: mengurangi penggunaan benda tajam, meminimalisir potensi terbentuknya aerosol, membersihkan permukaan dan peralatan dari infeksi, menggunakan pengaman sekunder, sering menjaga kebersihan dengan cuci tangan, dan sebelum dibuang dekontaminasi limbah penular.
D.    Bekerja dengan Bahan Kimia yang mudah terbakar
Bahan kimia yang mudah terbakar sangat berisiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja seperti kebakaran. Maka diperlukan perlakuan tambahan antara lain : memakai bahan sesedikit mungkin sesuai kebutuhan, meminimalisi adanya bahan mudah terbakar dan pengoksidasi, kalau memungkinkan gunakkan selimut gas lembam, menyimpan bahan kimia ini di tempat yang benar dan sesuai, tidak memanaskan bahan ini dengan api terbuka, menghindari dari sumber penyulutan.
1.      Bekerja dengan Cairan Mudah Terbakar
Cairan mudah terbakar (flammable liquid) mempunyai titik nyala kurang dari 100oF (38oC) dan tekanan uap tidak melampaui 40 psi pada 100oF, yang berarti menunjukkan adanya potensi bahaya kebakaran dalam keadaan terbuka jika terdapat sumber api. Saat bekerja dengan cairan mudah terbakar, hindari membuat konsentrasi uap yang mudah terbakar. Menutup wadah cairan dapat mencegah dari terbakarnya cairan. Melarutkan uap yang mudah terbakar dengan ventilasi dapat menghindari konsentrasi yang mudah terbakar. Menggunakan pembuangan yang tepat dan aman setiap zat mudah terbakar dipindahkan dalam jumlah besar dari satu wadah ke wadah lain, dibiarkan bertahan dalam wadah terbuka, dipanaskan dalam wadah terbuka, atau ditangani secara lain. Melakukan pemindahan hanya dalam tudung kimia laboratorium atau di area yang memiliki ventilasi memadai untuk menghindari peningkatan konsentrasi uap yang mudah terbakar. Saat memindahkan cairan yang mudah terbakar dalam peralatan logam, hindari percikan api yang ditimbulkan oleh listrik statis dengan menghubungkannya ke saluran pentanahan dan menggunakan kawat pentanahan. Jika wadah nonlogam (terutama plastik) digunakan, hubungan dengan perangkat pentanahan harus dibuat secara langsung ke cairan, bukan ke wadahnya.
2.      Bakerja dengan Gas yang Mudah Terbakar
Kebocoran gas yang mudah terbakar dapat menghasilkan atmosfer eksplosif di laboratorium. Asetilen, metana, dan hidrogen memiliki beragam konsentrasi memungkinkan bahan ini menjadi mudah terbakar sehingga sangat meningkatkan potensi bahaya kebakaran dan ledakannya. Pasang penangkal nyala api pada tabung hidrogen. Sebelum memasukkan gas mudah terbakar ke bejana reaksi, sterilkan peralatan dengan evakuasi atau menggunakan gas lembam. Ulangi siklus pembuangan tiga kali untuk mengurangi residu oksigen hingga sekitar 1%.
E.     Bekerja dengan  Bahan Kimia yang Sangat Reaktif atau Mudah Meledak
Untuk menghindari kecelakaan serius saat menggunakan bahan yang sangat reaktif yaitu dengan meminimalkan jumlah penggunaan bahan kimia berbahaya disertai perlindugan diri yang memadai seperti masker, jas lab, kaca mata, dan sarung tangan. Bahan kimia yang reaktif terhadap air harus disimpan dalam ruangan yang tidak lembap, tidak bocor, dan jauh dari sumber air. Sedangkan bahan kimia yang reaktif terhadap asam sangat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas, gas yang mudah terbakar, dan/atau gas beracun. Hindari penguraian lambat pada skala besar jika pemindahan panas tidak memadai atau jika gas dibatasi dan hindari penyebab ledakan fisik dari tindakan seperti menyebabkan cairan panas mengalami kontak mendadak dengan cairan.
1.      Bekerja dengan Senyawa Reaktif atau Eksplosif
Senyawa reaktif atau eksplosif harus dihindarkan dari sumber panas dan matahari. Hindari juga pengadukan yang menimbulkan panas dan dari benturan/gesekan yang kuat. Untuk zat reaktif terhadap air harus disimpan ditempat yang kering, terhindar dari uap air dan air. Jika terjadi kebakaran gunakan alat pemadam, bukan air.
a.      Menggunakan Perangkat Pelindung
Penggunaan perangkat pelindung saat bekerja dengan bahan kimia untuk melindungi pegawai dan peralatan dari cedera dan kerusakan karena ledakan atau kebakaran. Setiap kali reaksi berbahaya sedang berlangsung atau kapan pun bahan berbahaya disimpan sementara, pelindung harus tersedia dan digunakan. Pemakaian sarung tangan pelindung diatas sarung tangan kotak kering karet untuk memberi perlindungan tambahan. Saluran pentanahan yang memadai penting untuk mencegah terpicunya bahan mudah meledak karena percikan listrik statis dalam kotak kering. Penggunaan tudung  kimia yang dilengkapi dengan tangan mekanik memungkinkan pegawai mengoperasikan peralatan dan menangani wadah di dalam tudung dari jarak jauh.
b.      Menggunakan Peralatan Pelindung Diri
o   Jas laboratorium, berfungsi sebagai pelindung tubuh dari percikan bahan kimia berbahaya.
o   Kaca mata, digunakan untuk menjaga mata dari percikan larutan kimia atau panas yang dapat membahayakan. Kaca mata yang digunakan sebaiknya adalah kaca mata yang tahan terhadap potensi bahaya kimia dan panas.
o   Sepatu pengaman. Sepatu yang digunakan adalah sepatu keselamatan yang tahan api dan tekanan tertentu.
o   Pelindung muka, digunakan untuk melindungi wajah dari panas, api, dan percikan material panas.
o   Masker, digunakan untuk melindungi pekerja dari udara kotor yang diakibtakan oleh beberapa hal, yaitu debu-debu kasar, racun dan debu-debu halus, uap atau gas beracun.
o   Sarung tangan (glove), melindungi tangan dari ceceran larutan kimia yang bisa membuat kulit gatal atau melepuh.
c.       Mengevaluasi Bahan Berpotensi Reaktif
Bahan kimia yang sangat reaktif harus dipisahkan dari bahan yang mungkin berinteraksi dengannya dan menimbulkan risiko ledakan. Bahan ini tidak boleh digunakan setelah tanggal kedaluwarsa. Untuk menentukan sensitivitas senyawa yang sangat mudah meledak dapat dilakukan uji tetesan menggunakan suara yang direkam, uji elektrostatis, dan penggunaan gesekan yang dihasilkan dengan menggerinda dua permukaan porselen secara bersamaan dengan beban.
d.      Menentukan Kuantitas Reaksi
Untuk eksperimen bahan kimia yang sangat reaktif, penggunaannya yaitu dengan jumlah terkecil. Bahan mudah meledak konvensional, tidak lebih dari 0,1 g produk yang boleh disiapkan dalam satu kali eksperimen. Selama periode reaksi sebenarnya, reaktan yang ada di bejana reaksi tidak boleh lebih dari 0,5 g. Pertimbangkan pelarut, substrat, dan reaktan energetik saat menentukan daya ledak total campuran reaksi.
e.       Melakukan Operasi Reaksi
Tanda yang dipasang pada bahan yang berpotensi mudah meledak seperti “PERINGATAN: kosongkan area pada indikasi pertama [indikator kasus spesifi k] dan keluarlah”. HUBUNGI: [orang yang bertanggung jawab] di nomor [nomor telepon], dan PERHATIAN: jangan masuk—risiko ledakan, dimaksudkan agar pegawai yang ada di dalam laboratorium bisa berhati-hati. Perangkat pemanas digunakan sesuai dengan kegunaannya dan rendaman pemanas harus terdiri dari bahan yang tidak mudah terbakar. Pompa vakum harus memiliki label yang menunjukkan tanggal penggantian oli terakhir. Ganti oli sekali sebulan atau lebih cepat jika diketahui oli terpapar ke gas reaktif. Perangkap semua pompa atau keluarkan udaranya ke tudung. Saluran ventilasi dapat terbuat dari Tygon, karet, atau tembaga. Tentukan suhu rendaman dan efeknya pada gas reaktan bahan kondensasi yang dipilih saat memadatkan gas yang mudah meledak. Gunakan nitrogen cair untuk gas reaktif, jangan gunakan rendaman pelarut es kering.
2.      Bekerja dengan Peroksida Organik
Peroksida organik adalah kelas senyawa khusus dengan stabilitas sangat rendah, tergolong dalam zat paling berbahaya di laboratorium. Semua senyawa peroksida organik mudah terbakar dan harus ditangani dengan perhatian ekstrim. Peroksida dilaboratorium lebih sensitif terhadap guncangan dibandingkan dengan bahan peledak primer (contohnya TNT), meski banyak yang sudah distabilkan. Namun, penguraian pada tingkat rendah dapat memepercepat dan menyebabkan ledakan besar secara otomatis, apabila dalam jumlah besar.
Pencegahan serta penanganan Peroksida antara lain :
1.      Mengambil peroksida pada wadah induk seminimal mungkin.
2.      Bersihkan segera tumpahan dengan bahan penyerap dan buang menurut prosedur organisasi.
3.      Kurangi sensitivitas peroksida dengan melarutkan pelarut lembam. Jangan menggunakan bahan aromatik.
4.      Jangan campurkan larutan peroksida dengan larutan yang mudah menguap ( konsentrasi peroksida meningkat).
5.      Jangan menggunakan spatula (logam), karena dapat menyebabkan penguraian bahan eksplosif. Gunakan keramik, Teflon, atau spatula (kayu) saat menangani peroksida.
6.      Jauhkan peroksida pada sumber panas. Beri label pada area yang mengandung peroksida sehingga bahaya dapat dihindari.
7.      Hindari segala macam gesekan, tekanan dan segala hal yang dapat menghasilkan benturan di dekat peroksida  (terutama peroksida padat).
8.      Simpan peroksida sesuai titik larut atau titik bekunya. Jangan menyimpan cair atau larutan lebih rendah dari titik beku atau presipitasinya.
3.      Bekerja dengan Senyawa yang Dapat Diubah Menjadi Peroksida
Langkah-langkah menangani senyawa yang dapat diubah menjadi peroksida:
1.      Jangan membuka wadah, jika dapat menjadi peroksida Kelas A dan telah kedaluwarsa atau terbukti terdapat peroksida. Senyawa ini dapat mematikan jika telah berubah menjadi peroksida
2.      Jika wadah senyawa tersebut dapat diubah menjadi peroksida Kelas B atau C telah melampaui tanggal kedaluwarsanya dan ada risiko keberadaan peroksida, buka dengan hati-hati dan buang menurut prosedur lembaga.
3.      menguji keberadaan peroksida jika kemungkinan ada keberadaannya dan tanggal kedaluwarsa belum terlewat. Uji berikut mendeteksi sebagian besar. Namun, tidak semuaa senyawa peroksi, termasuk hidroperoksida.
4.      Tambahkan 13 mL cairan yang akan diuji ke dalam asam asetat dengan volume sama. Tambahkan beberapa tetes larutan kalium iodida akuatik 5% dan kocok. Jika terdapat warna kuning hingga cokelat maka terdapat peroksida. Atau, menambahkan 1 mL larutan kalium iodida 10% ke dalam 10 mL cairan organik dalam silinder kaca 25 mL, jika menghasilkan warna kuning maka terdapat peroksida.
5.      Strip uji peroksida berubah warna jika terdapat peroksida, pada peroksida yang dijual bebas. Keringkan strip di udara hingga pelarut menguap.
4.      Bekerja dengan Reaksi Hidrogenasi
Lakukan tindakan pencegahan berikut untuk tabung gas dan gas yang mudah terbakar dan tindakan pencegahan tambahan untuk reaksi dengan tekanan di atas 1 atmosfer :
1.      Memilih bejana dengan tekanan yang sesuai untuk eksperimen (autoklaf atau botol tekanan). Di bawah tekanan sedang (<80 psi H2).
2.      Mempelajari prosedur pengoperasian dan memeriksa wadah sebelum melakukan eksperimen. Bejana yang tergores atau cacat dan bejana rusak tidak boleh digunakan.
3.      Jangan mengisi bejana hingga penuh dengan larutan (isilah separuh larutan maka akan jauh lebih aman)
4.      Hilangkan oksigen sebanyak mungkin dari larutan sebelum menambah hidrogen. Dengan cara menekan bejana dengan gas lembam (N2 atau argon), kemudian melepaskan gas tersebut.
5.      Pertahankan tekanan aman botol atau autoklaf yang ditentukan. Jika terlampaui secara tidak disengaja, maka ganti diska yang pecah setelah eksperimen selesai.
6.      Pantau terus perangkat bertekanan tinggi secara berkala saat melakukan  pemanasan untuk menghindari tekanan berlebih.
7.      Menyaring paladium atau platina secara hati-hati pada karbon, dan katalis hidrogenasi lainnya. Kebanyakan katalis jenuh terhadap hidrogen, sangat reaktif, dan akan menyala secara spontan jika terpapar udara.
8.      Jangan biarkan kerak tapis mengering, terutama untuk reaksi skala besar. Rendam ke dalam air setelah filtrasi selesai dilakukan.
9.      Gunakan argon atau nitrogen sebagai gas pemurnian untuk prosedur hidrogenasi sehingga katalis dapat disaring dan ditangani pada atmosfer lembam.
5.      Bekerja dengan Bahan Kimia yang Tidak Sesuai
                  Setiap bahan kimia memiliki  rekomendasi penyimpanan tertentu dalam MSDS dan referensi lainnya terkait pengamanan dan kompatibilitasnya. Jaga dan awasi selalu bahan yang dapat bereaksi tetap terpisah saat pengangkutan, penyimpanan, penggunaan, dan pembuangan. Kontak langsung bahan dapat menyebabkan ledakan serius atau membentuk zat yang sangat beracun atau mudah terbakar. Beberapa reagen menimbulkan risiko jika mengalami kontak dengan atmosfer. Simpan pengoksidasi, bahan pereduksi, dan bahan bakar secara terpisah untuk mencegah kontak jika terjadi kecelakaan.







DAFTAR PUSTAKA
Harefa, N., Gultom, S., & Purba, L. S. L. 2019. Implementasi webinar terhadap sikap sadar keamanan kimia mahasiswa. Jurnal Dinamika Pendidikan12(1), 17-28.
Harjanto, NT., Suliyanto, & Endang SI. 2011. Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun sebagai Upaya Keselamatan dan Kesehatan  Kerja serta Perlindungan Lingkungan. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN. 8(4) : 54-67.
Lisa Moran and Tina Masciangioli. 2010. Chemical Laboratory Safety and Security,  A Guide to Prudent Chemical Management, Washington, DC: The National Academiies Press 
Padmaningrum, R. T. Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Kimia.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Yuliani, HR. 2014. E-Learning Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Deepublish : Yogyakarta

1 Comments

Semangat Hidup said…
Good Job and good luck
Previous Post Next Post