MOTIVASI
1.1          Pengertian Motivasi

Menurut Robbins, Motivasi adalah ketersediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual.
Secara umum, Motivasi adalah kekuatan yang ada dalam seseorang, yang mendorong perilakunya melakukan tindakan. Besarnya tingkat kemampuan dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tugas atau mencapai sasaran memperlihat sejauh mana tingkat motivasinya.

Para ahli Manajemen sepakat bahwa motivasi adalah serangkaian upaya untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain dengan mengetahui terlebih dulu tentang apa yang membuat seseorang bergerak. Namun seseorang bergerak bisa juga karena dua sebab, yaitu : Kemampuan (ability) dan Motivasi. Kemampuan dipengaruhi dari kebiasaanyang diperoleh dari pengalaman, pendidikan, dan pelatihan serta dari gerak reflex secara biologis dan psikologis yang menjadi kodrat manusia.
Landy dan Becker (1987), dalam stoner (1996,134-135), mempetakan dengan jelas letak motivasi diantara refleks dan kebiasaan (gambar 1.1) karena luasnya makna motivasi harus juga memahami asumsi dasar motivasi.
Stoner (1996, 134) mengatakan bahwa terdapat 4 asumsi dasar motivasi, yaitu :
a.      Motivasi adalah hal hal yang baik, seseorang termotivasi karena ia dipuji atau sebaliknya bekerja dengan penuh motivasi karena seseprang itu dipuji.
b.     Motivasi adalah satu dari beberapa factor yang menentukan prestasi kerja seseorang dan factor lainnya kondisi tempat kerja, pemimpin, kemampuan, dll
c.      Motivasi bisa habis dan perlu ditambah suatu waktu, seperti beberapa factor psikologis yang berdifat siklikal, maka pada saat berada di titik terendah motivasi perlu ditembahkan.
d.     Motivasi adalah alat yang dapat dipakai manajemen untuk mengatur hubungan pekerjaan dalam organisasi




1.2          Teori Motivasi
Terdapat banyak teori motivasi yang mulai berkembang pad atahun 1950-an. Setidaknya ada beberapa teori yang dibahas untuk memahami maksud dari motivasi. Isi teori motivasi membantu kita memahami dunia keterlibatan dinamis tempat organisasi beroperasi dengan menggambarkan manajer dan karyawan saling telibat setiap hari Karena teori motivasi menyangkut pengembangan manusia, isi dari teori motivasi juga membantu manajer dan karyawan dalam kehidupan.
Berikut tiga teori awal tentang motivasi ( teori jenjang kebutuhan Maslow, teori X dan Y, dan teori dua faktor Herzberg) yang merupakan teori yang paling banyak dipraktikkan dan menjadi pondasi dari teori-teori motivasi kontemporer ( teori ERG Alderfer, teori penetapan tujuan locke, teori penguatan skinner, teori keadilan adam, dan teori harapan Vroom).



1.     Teori jenjang kebutuhan Maslow
Teori yang diungkapkan oleh Abraham Maslow (1970) menghipotesiskan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi dahulu ( makan, minum, berhubungan fisik maupun non-fisik, kebutuhan akan keamanan dan rasa aman, dll) sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi.
Hal ini mempunyai arti bahwa bila kita ingin memotivasi seseorang maka kit aharus mengetahui lebih dahulu orang tersebut berada pada jenjang kebutuhan yang mana, sehingga kita dapat memotivasi dengan menawarkan sesuatu ang berada pada jenjang kebutuhan diatasnya. Meski banyak dipraktikkan oleh para manajer satu dan lain.



 



2.     Teori X dan Y ( Douglas McGregor, 1960, 1967 )

Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (Negatif/ Pemalas) dan teori Y (positif/ Pekerja).

Menurut teori X, 4 pengandaian yang dipegang manajer.

1.     Keryawan secara intern tidak menyukai kerja dan bilamana mungkin mencoba untuk menghindarinya
2.     Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus dipaksa, diawasi dan diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan
3.     Karyawan akan menghindari tanggung jawab
4.     Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja, dan menunjukkan sedikit saja ambisi.
Perbedaan dengan pandangan negatif ini mengenai kodrat manusia, ada 4 teori Y :
1.     Karyawan yang dapat memandang kerja sama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
2.     Orang akan mkenjalankan pengarahan dan pengawasan diri jika mereka komitmen pada sasaran
3.     Rata-rata orang akan menerima tanggung jawab
4.     Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif tersebar meluas dalam populasi dan tidak hanya milik manajemen

·       Asumsi teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa bertanggung jawab serta ingin keamanan atas segalanya
·       Asumsi teori Y Ini menyatakan bahwa orang-orang pada hakikatnya tidka malas dan dapat dipercaya

Auatu kesan yang barangkali diperoleh oleh/dari mempelajari teori X dan teori Y ialah bahwa manajer-manajer yang menerima asumsi-asumsi teori X tentan gsifat manusi abiasanya akan menggunakan pendekatan secara langsung, pengendalian dan pengawasan secara ketat terhadap bawahannya. Sementara itu, dalam asumsi teori Y, manajer-manajer akan bersikap membantu, mendukung, dan mempermudah orang-orang dalam mengembangkan kreativitas tugas-tugasnya. Kesan semacam ini perlu diperhatikan. Sebab, akan membawa ke suatu perangkap pemikiran yang tidak bagus. Bahwa, teori X adalah salah dan jelek, dan teori Y adalah bagus. Teori X dan teori Y adalah sikap atau tindakan untuk memajukan orang-orang

3.     Teori dua faktor Herzberg

Teori Herzberg adalah mengenai hal-hak yang mempengaruhi secara langsung dan tidak langsung terhadap motivasi kerja, ia menguraikan ada dua faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendorong motivasi anggota, yaitu faktor pemeliharaan dan faktor motivator

Faktor pemeliharaan atau faktor higienis adalah faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja, dan bersifat ekstrinsik. Contoh  :hubungan rekan kerja dengan atasan yang tidak harmonis, kualitas supervise yang jelek, penggajian yang tidak layak dan tidak adil, jaminan kerja tidak jelas,kondisi pekerjaan yang membosankan, kebijakan dan prosedur organisasi yang buruk, kondisi tempat kerja yang tidak nyaman,dan status yang rendah. Hal ini dapat menjadi penghambat apabila tidak diatasi dan harus busa mengatasi terlebih dahulu sebelum kita meningkatkan mitivasi anggota.

Faktor motivator adalah faktor-faktor yang mendorong kepuasan dan motivasi dalam bekerja, dan bersifat instrinsik. Contoh: keberhasilan melakukan pekerjaan, pengakuan pekerjaan yang menyenangkan, diberi wewenang dan tanggung jawab yang layak dan pengembangan karier melalui pelatihan dan pengalaman-pengalaman baru yang menarik.

Pemahaman yang benar tentang hal-hal yang merupakan faktpr pemotivasi fan hal-hal yang merupakan faktor pemeliharaan sangat diperlukan untuk dapat memotivasi karyawan dengan benar.

Herzberg mengatakan “ GAJI BUKANLAH FAKTOR PEMOTIVATOR, MELAINKAN FAKTOR PEMELIHARAAN. HATI-HATI MENGGUNAKAN GAJI SEBAGAI MOTIVATOR “ artinya, seseorang yang dinaikkan gajinya mungkin akan bekerja lebih giat sebagai tanda termotivasi. Tetapi,tidak dalam jangka panjang. Ketika karyawan merasa gajinya secara relative “kurang” maka karyawan menjadi tidak puas.

Berbeda dengan kesempatan untuk maju dan pemberian tanggung jawab, menurut Herzberg merupakan faktor motivasi. Pemberian tanggung jawab yang lebih besar atau pemberian pekerjaan yang lebih beragam akan memotivasi karyawan karena itu karyawan akan mendapat pemerkayaan tugas sehingga mereka merasa penting dan berarti.

4.     Teori Existence, Relatedness, dan Growth (ERG) alderfer

Clayton P. Aderfer (1972) merevisi jenjang kebutuhan Maslow dengan melakukan riset empiris. Jenjang kebutuhan maslow tersebut diringkas menjadi tiga kebutuhan inti manusia, yaitu : kebutuhan akan keberadaan (existence need), kebutuhan berhubungan (relatedneed need), dan kebutuhan untuk berkembang (growth need).
Ø  Kebutuhan keberadaan adalah suatu kebutuhan akan tetapi bisa hidup, kebutuhan ini kira-kira artinya sama dengan kebutuhan fisik dan fisiologinya Maslow dan sama pula dengan faktor higienisnya Herzberg.
Ø  Kebutuhan berhubungan adalah suatu kebutuhan untuk menjalin hubungan sesamanya melakukan social dan bekerja sama dengan orang lain.
Ø  Kebutuhan untuk berkembang adalah suatu kebuthhan yang berhubungan dengan keinginan instrinsik dari seseorang untuk mengembangkan dirinya. Hubungan ini sama artinya dengan aktualisasi dirinya Maslow dan kebutuhan Motivatornya Herzberg
















Tidak seperti Maslow dan Herzberg, Alfreder tidak menyatakan bahwa tingkat dibawah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum memuaskan tingkat kebutuhan diatasnya atau tidak pula bahwa usaha perampasan itu satu-satunya jalan untuk mengaktifkan suatu kebutuhan. Suatu contoh menurut teori ERG ini, latar belakang seseorang atau lingkungan kebudayaannya dapat saja menyebabkan timbulnya kebutuhan-kebutuhan berhubungan terlebih dahulu tanpa harus dipenuhi kebutuhan-kebutuhan akan keberadaan. Demikian pula kebutuhan berkembang dapat saja terus meningkat walaupun orang tersebut sudah merasa puas.



5.     Teori 3 kebutuhan McClelland

McClelland (1969), mengemukakan teori yangberfokus pada 3 kebutuhan manusia, yaitu :

1.     Kebutuhan untuk Berprestasi (need for Achievement)

2.     Kebutuhan akan Kekuasaan (need for Power)

3.     Kebutuhan akan Hubungan Sosial (need for Affiliation)



Ø  Kebutuhan untuk Berprestasi (need fir Achievement)

Ada beberapa karakteristik dan orang-orang yang berprestasi tinggi :

1.     Suka mengambil risiko yang moderat ( Moderate Risk)

2.     Memerlukan umpan balik yang segera

3.     Memperhitungkan keberhasilan

4.     Menyatu dengan tugas

Jay Hall dan kelompoknya mengobservasi lebih dari 16.000 manajer dengan membaginya atas manajer-manajer yang mempunyai berprestasi tinggi, tengah dan rendah:

1.     Manajer yang mempunyai prestasi rendah, dapat diketahui lewat sifat pandangannya yang pesimis, dan mempunyai sifat dasar tidak percaya pada kemampuan bawahannya. Adapun manajer yang berprestasi tinggi menunjukkan sifat yang berlawanan. Dia selalu optimis dan memandang bawahannya sebagai potensi yang berguna bagi kelanjutan organisasi.

2.     Manajer dengan prestasi motivasinya yang tinggi selalu memikirkan aspek-aspek pekerjaan yang memberikan kesempatan pada bawahan untuk bias berprestasi. Membicarakan pada bawahannya dan berusaha mmpolakan dalam struktur pekerjaan yang menjamin bawahannya untuk mencapai prestasi. Adapun manajer yang motivasi prestasi moderat selalu memikirkan status dan symbol dan yang bermotivasi rendah senantiasa memikirkan tentang keamanan.

3.     Manajer yang mempunyai motivasi yang tinggi setiap mempergunakan metode partisipasi dengan bawahannya. Sementara itu, uang moderat dan rendah tidak mempunyai kemauan untuk melibatkan bawahan dalam berperan serta pada pembuatan-pembuatan keputusan.

4.     Manajer yang bermotivasi tinggi cenderung bersikap terbuka dalam berinteraksi dan berkomunikasi baik dengan sesame manajer maupun dengan bawahannya. Adapun yang moderat selalu dikuasai oleh perasaan dan ide idenya sendiri. Sedangkan manajer yang rendah presentasinya cenderung menghindari berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

5.     Manajer berprestasi tinggi menunjukkan sikapnya memikirkan baik orang-orang yang ada dalam organisasi maupun produksinya. Manajer dengan prestasi moderat mempunyai minat yang besar untuk memikirkan produksi dan perhatian yang rendah pada orang-orang. Adapun manajer yang rendah prestasinya selalu memperhatikan perlindungan diri dan tidak memperdulikan orang-orang dan prosuksinya.



Ø  Kebutuhan akan kekuasaan (need for Power), cirri-cirinya :

1.     Suka menerima tanggung jawab

2.     Suka mempengaruhi orang lain

3.     Suka suasana kompetitif

4.     Gengsi

5.     Disbanding mencapai kinerja yang efektif

Ø  Kebutuhan akan social (need for affiliation)

1.     Menyukai persahabatan

2.     Suasana kooperatif

3.     Suka hubungan yang melibatkab derajat pemahaman yang tinggi

Oleh karena itu, karyawan dengan Neef for Achievement yang tinggi akan termotivasi bila pekerjaan menuntut tanggung jawab pribadi yang tinggi, terdapat umpan balik, risiko dengan derajat sedang. Sedangkan karyawan dengan Need for Power tinggi akan termotivasi bila pekerjaanmya tidak menuntut tanggung jawab pribadi yang tinggi. Tapi, dapat mempengaruhi orang lain. Sementara itu, karyawan dengan Need for Affiliation yang tinggi akan termotivasi dengan pekerjaan yang memerlukan derajat kooperatif tinggi, dalam suasana persahabatan

Menurut McClelland, manajer yang baik adalah manajer yang tinggi dalam Need for Power dan Rendah dalam Need for Affiliation. Karena tinggi Need for Power adalah syarat keefektifan manajerial.

6.     Teori Goal-setting Locke

Adwin A.Locke (1696) menyatakan bahwa tujuan sulit bila diterima dengan baik akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi, dan bahwa umpan balik akan mengantarkan pada pencapaian kinerja yang lebih tinggi. Memang untuk diterima dengan baik oleh bawahan tidaklah mudah, tetapi bila sekali telah diterima dengan baik, maka bawahan akan termotivasi untuk mengeluarkan segala daya dan upaya untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi.

Edwin A. Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki 4 macam mekanisme Motivasional, yaitu :

a.      Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian

b.     Tujuan-tujuan mengatur upaya

c.      Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi

d.     Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

Adapula 3 faktor yang mempengaruhi keberhasilan motivasi dengan teori penetapan tujuan Locke (Robbins (2003)), yaitu:

1.     Komitmen tujuan

2.     Keyakinan individu bahwa ia mampu melakukannya

3.     Budaya nasional

7.     Teori keadilan Adams

J. Stacey Adams (1963) mengatakan bahwa karyawan akan membandingkan diri mereka dengan kawannya, tetangganya, rekan dalam organisasi, atau pekerjaan masa lalunya. Karyawan akan termotivasi bila setelah dibandingkan, melahirkan persepsi keadilan.

Keadilan dibedakan dalam keadilan diastributif (berdasarkan jumlah dan alokasi imbalan) dan keadilan procedural (berdasarkan proses yang digunakan untuk menetapkan distribusi imbalan). Oleh karena itu manajer dapat memotivasi karyawan bila karyawan mempersepsikan bahwa imbalan yang didapat telah memenuhi asas keadilan, sebaliknya bila persepsi tidak adil maka yang terjadi adalah demotivasi. Karyawan dengan tindakan yang tidak produktif. Seperti tidak berupaya keras, tidak memperhatikan kualitas pekerjaan, atau keluar dari pekerjaannya.

Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan 4 hal sebagai pembanding, yaitu :

a.      Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan, dan pengalamannya.

b.     Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannya relative sama

c.      Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan sama serta melakukan kegiatan sejenis

d.     Peraturan UU yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai



8.     Teori harapan Vroom

Victor H.Vroom (1973) mengatakan bahwa seorang karyawan dimotivasi untuk berusaha keras bila ia meyakin akan dinilai baik, dan penilaian itu mengantarkannya pada imbalan organisasi, contoh bonus, kenaikan gaji, promosi atau imbalan lain yang dapat memusatkan 3 hubungan, yaitu : hubungan upaya-kinerja, hubungan kinerja-imbalan, hubungan imbalan-tujuan pribadi.



Nodler dan lawler, mengajukan 4 asumsi dasar bagi teori pengharapan ini, yaitu :

a.      Tingkah laku ditentukan oleh kokbinasi factor-faktor dalam individu dan factor-faktor dalam lingkungan

b.     Individu secara sadar membuat keputusan mengenai tingkah laku mereka dalam organisasi

c.      Individu mempunyai kebutuhan keinginan dan sasaran berbeda

d.     Individu memilih diantara alternative tingkah laku akan menghasilkan yang diinginkan



Teori harapan membantu menjelaskan mengapa banyak sekali pekerja yang tidak termotivasi pada pekerjaan mereka. Keryawan akan termotivasi bila karyawan melihat kombinasi yang menguntungkan mengenai apa yang penting bagi mereka dan apa yang mereka harapkan dan apa imbalan atas upayanya itu, dan oleh karenanya karyawan akan mengambil langkah yang sesuai.






 










1.3          Bentuk Motivasi

Motivasi dapat juga dibagi dalam dua bentuk yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik : Bonus, Keamanan, dan Sosial. Motivasi Instrinsik : tertantang pada pekerjaan, belajar hal baru memanfaatkan potensi sepenuhnya dan harus bertanggung jawab. Perspektif keseimbangan dan keadilan mengenai motivasi individu ditentukan oleh kesesuaian antara jpb input dan job rewards










Pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja dapat dijelaskan secara langsung maupun tidak langsung



1.4          Metode Motivasi



Beberapa pendekatan mengenai motivasi yaitu pendekatan tradisional atau dikenal traditional model of motivasion theory, pendekatan relasi manusia atau human relation model dan pendekatan sumber daya manusia atau human resource model. Dibawah ini dibagi menjadi asumsi, kebijakan yang dapat dilakukan, dan harapan

v Pendekatan Tradisional

-        Asumsi

a.      Pekerjaan pada dasarnya merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh setiap orang karena merupakan sebuah beban

b.     Apa yang seseorang lakukan tidak lebih penting dari apa yang dapat diperoleh oleh seseorang karena melakukan hal tersebut

c.      Hanya sedikit orang yang mau dan mampu mengerjakan pekerjaan yang kreatif, inovatif, dan penuh tantangan.

-        Kebijakan yang dapat dilakukan

a.      Manajer harus member perintah dan mengawasi bawahab dalam setiap pekerjaan

b.     Manajer harus menerjemahkan pekerjaan ke dalam bentuk perintah yang sederhana, spesifik dan jelas

c.      Manajer harus membuat jadwal pekerjaan rutin dan rinci dan mengkoordinasikan setiap hari

-        Harapan

a.      Para pekerja akan melakukan pekerjaan jika upah memadai dan manajer bertindak adil

b.     Jika pekerjaan yang harus dilakukan jelas dan para pekerja diawasi secara ketat, maka para pekerja akan mampu bekerja sesuai dengan standart

v Pendekatan relasi manusia

-        Asumsi

a.      Pada dasarnya manusia ingin dianggap penting dan berguna

b.     Manusia ingin merasa dimiliki dan diakui eksistensinya secara individual dalam lingkungan social

-        Kebijakan yang dapat dilakukan

a.      Manajer bertugas untuk menciptakan suasana dimana para pekerja menganggap dirinya penting dan bermanfaat bagi perusahaan

b.     Manajer perlu untuk selalu mengakomodasi usulan dari bawahandan memastikan bahwa para pekerja selalu mendapatkan informasi terkini mengenal pekerjaan

c.      Manajer perlu memberikan kesempatan kepada para pekerja untuk melakukan inisiatif dan kemandirian dalam setiap pekerjaan

-        Harapan

a.      Adanya transparasi informasi yang memadai antara atasan dan bawahan serta keterlibatan para pekerja dalam berbagai keputusan

b.     Pemuasan terhadap kebutuhan para pekerja untuk dianggap penting dan berguna akan meningkatkan moral dan semangat para pekerja

v Pendekatan SDM

-        Asumsi

a.      Pekerjaan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang tidak disukai. Para pekerja ingin memberikan kontribusi terhadap suatu tujuan yang memberikan manfaat

b.     Hamper semua orang pada dasarnya melakukan sesuatu yang kreatif, inovatif dan penuh tantangan daripada sekedar menjalankan tugas

-        Kebijakan yang dapat dilakukan

a.      Manajer perlu memastikan bahwa seluruh sumber daya manusia di daya gunakan dan dimanfaatkan secara optimal\

b.     Manajer perlu mewujudkan suasana pekerjaan yang dapat mendorong seluruh sumber daya manusia berdasarkan kemampuannya masing-masing

c.      Manajer perlu mendukung adanya partisipasi dari para pekerja dalam hal bekerja, berinisiatif dan melakukan pekerjaan secara mandiri

-        Harapan

a.      Peningkatan keterlibatan pekerja dalam berbagai hal yang terkait dengan pekerjaan akan menyebabkan terjadinya peningkatan kinerja da efisiensi

b.     Kepuasan kerja akan terwujus melalui berbagai hasil positif yang dapat ditunjukkan oleh para pekerja dalam setiap kesempatan

Pendekatan yang paling baik adalah pendekatan sumber daya manusia. Manfaat pendekatan sumber daya manusia sangat besar bagi upaya menciptakantujuan organisasi dalam mencapai kesuksesan, yaitu :

1.     Menambah wawasan agar mencapai visi

2.     Mengembangkan kemampuan agar lebih professional

3.     Menanamkan sense of belonging agar loyal dan punya dedikasi

4.     Menumbuhkan semangat agar memiliki motivasi

5.     Meningkatkan etos kerja agar mempunyai komitmen yang tinggi

Langkah-langkah yang bisa diambil dalam melakukan suatu motivasi adalah

1.     Tentukan standar yang konsisten dan sampaikan hal itu

2.     Sadarilah akan praduga dan prasangka anda

3.     Beritahukan kepada orang-orang tentang keadaan mereka

4.     Berikanlah pujian manakala cocok

5.     Kepedulian terhadap perasaan staf

6.     Bengunkan ke[ercayaan kelompok

7.     Perlihatkan pengabdian pribadi

8.     Bersikap bijaksana pada karyawan

9.     Bersedialah belajr dari orang lain

10.  Bersikaplah luwes

11.  Izinkan kebebasan berbicara

12.  Beri dorongan kepada orang yang inovatif dan kreatif

Adapun teknik-teknik ymotivasi lain yang bias kita laksanakan disamping menggunakan langkah-langkah maupun strategi diatas adalah :

1.     Motivasi tidak langsung : pemberiang kesempatan kerja, member manfaat pada individu

2.     Motivasi langsung : intensif material atau non-material



1.5          Model Motivasi



1.     Model Goal Setting

Ø  Seseorang akan memiliki motivasi yang benar saat tujuan yang ingin dicapai dalam suatu pekerjaan sedah jelas

2.     Self efficacy

Ø  Menjelaskan bahwa seseorang memiliki keyakinan akan kemampuannya dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas

3.     Reinforcement Model

Ø  Menekankan adanya dorongan dari luar berupamotivasi yang bersifat positif, negative, dan hukuman

4.     Equity Model

Ø  Seseorang akan membandingkan upah/gaji yang diterima dengan hasil kerja yang telah dilakukan. Jika tidak seimbang maka seseorang akan menurunkan motivasi kerjanya



5.     Expextacy Model

Ø  Kekuata seseorang untuk bekerja bergantung dari ekspetasi serta respect atau diperhatian dari orang lain semakin kuat perhatian orang lai, maka dia akan termotivasi untuk kerja

6.     Job Characteristic Model

Ø  Setiap pegawai akan termotivasi bekerja jika mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya



1.6          Teknik Motivasi



Teknik motivasi yang dapat dipakai oleh pemimpin menurut Verma dapat dinilai sebagai berikut :

M : Manifest, artinya : nyatakan ruang lingkup tugas yang harus dijalankan pada saat pendelegasian

O : Open, artinya bangkitkan percaya diri ketika pendelegasian tugas

T : Tolerance, artinya toleransi terhadap kegagalan dan mau belajar dari kesalahan

I : Involve, artinya semua terkait dalam pekerjaan, meningkatkan rasa diterima dan komitmen

V : Value, artinya nilai yang diharapkan dan diakui dalam kinerja yang baik

A : Align, menyeimbangkan sasaran pekerjaan

T : Trust, kejujuran setiap anggota tim kita dalam memotivasi
E : Empower, memberdayakan setiap anggota tim sewajarnya

Post a Comment

Previous Post Next Post