1.
Alkana
Alkana sebagai hidrokarbon alifatik yang
masing-masing atom karbonnya terikat pada empat atom lain. Alkana juga dikenal
sebagai parafin atau hidrokarbon jenuh. alkana mempunyai rumus umum CnH2n+2
dengan n = jumlah atom C. Ciri terpentingdari molekul hidrokarbon alkana adalah
hanya terdapat ikata kovalen tunggal. Alkana yang paling sederhana adalah
metana (CH4), yang merupakan hasil alami penguraian bakteri anaerob dari
tanamantanaman dalam air (Chang, 2004).
Daftar Nama Alkana (Soal nomor 2) :
Banyaknya atom C
|
Rumus kimia
|
Nama rantai lurus
|
Sinonim
|
|
1
|
1
|
CH4
|
metil hidrida; gas alam
|
|
2
|
1
|
C2H6
|
etil hidrida, metil metana
|
|
3
|
1
|
C3H8
|
dimetil metana; propil hidrida
|
|
4
|
2
|
C4H10
|
butil hidrida; etil metil metana
|
|
5
|
3
|
C5H12
|
amil hidrida; Skellysolve A
|
|
6
|
5
|
C6H14
|
Gettysolve-B; heksil hidrida;
Skellysolve B
|
|
7
|
9
|
C7H16
|
dipropil metana; Gettysolve-C;
heptil hidrida; Skellysolve C
|
|
8
|
18
|
C8H18
|
oktil hidrida
|
|
9
|
35
|
C9H20
|
nonil hidrida; Shellsol 140
|
|
10
|
75
|
C10H22
|
desil hidrida
|
|
11
|
159
|
C11H24
|
hendekana
|
|
12
|
355
|
C12H26
|
adakane
12; bihexyl; dihexyl; duodecane
|
|
13
|
802
|
C13H28
|
||
14
|
1,858
|
C14H30
|
n-Tetradekana
|
|
15
|
4,347
|
C15H32
|
n-Pentadekana
|
|
16
|
10,359
|
C16H34
|
cetane
|
|
17
|
24,894
|
C17H36
|
||
18
|
60,523
|
C18H38
|
n-Oktadekana
|
|
19
|
148,284
|
C19H40
|
n-Nonadekana
|
|
20
|
366,319
|
C20H42
|
didesil, eikosana
|
|
21
|
910,726
|
C21H44
|
n-Henikosana
|
|
22
|
2,278,638
|
C22H46
|
n-Dokosana
|
|
23
|
5,731,580
|
C23H48
|
n-Trikosane
|
|
24
|
14,490,245
|
C24H50
|
tetrakosane
|
|
25
|
36,797,588
|
C25H52
|
n-Pentakosana
|
|
26
|
93,839,412
|
C26H54
|
n-Heksakosana
|
cerana; hekseikosana
|
27
|
240,215,803
|
C27H56
|
n-Heptakosana
|
|
28
|
617,105,614
|
C28H58
|
n-Oktakosana
|
|
29
|
1,590,507,121
|
C29H60
|
||
30
|
4,111,846,763
|
C30H62
|
n-Triakontana
|
|
31
|
10,660,307,791
|
C31H64
|
untriakontana
|
|
32
|
27,711,253,769
|
C32H66
|
n-Dotriakontana
|
disetil
|
33
|
72,214,088,660
|
C33H68
|
n-Tritriakontana
|
|
34
|
188,626,236,139
|
C34H70
|
n-Tetratriakontana
|
|
35
|
493,782,952,902
|
C35H72
|
n-Pentatriakontana
|
|
36
|
1,295,297,588,128
|
C36H74
|
n-Heksatriakontana
|
|
37
|
3,404,490,780,161
|
C37H76
|
n-Heptatriakontana
|
|
38
|
8,964,747,474,595
|
C38H78
|
n-Octatriakontana
|
|
39
|
23,647,478,933,969
|
C39H80
|
n-Nonatriakontana
|
|
40
|
62,481,801,147,341
|
C40H82
|
n-Tetrakontana
|
|
41
|
165,351,455,535,782
|
C41H84
|
n-Hentetrakontana
|
|
42
|
438,242,894,769,226
|
C42H86
|
n-Dotetrakontana
|
|
43
|
1,163,169,707,886,427
|
C43H88
|
n-Tritetrakontana
|
|
44
|
3,091,461,011,836,856
|
C44H90
|
n-Tetratetrakontana
|
|
45
|
8,227,162,372,221,203
|
C45H92
|
n-Pentatetrakontana
|
|
46
|
21,921,834,086,683,418
|
C46H94
|
n-Heksatetrakontana
|
|
47
|
58,481,806,621,987,010
|
C47H96
|
n-Heptatetrakontana
|
|
48
|
156,192,366,474,590,639
|
C48H98
|
n-Oktatetrakontana
|
|
49
|
417,612,400,765,382,272
|
C49H100
|
n-Nonatetrakontana
|
|
50
|
1,117,743,651,746,953,270
|
C50H102
|
n-Pentakontana
|
Satu
atau lebih atom hidrogen digantikan dengan gugus lain, nama senyawanya harus
menandai tempat atom karbon dimana penggantian itu terjadi. Sebagai contoh,
bila satu atom hidrogen dikeluarkan dari metana, akan tersisa fragmen CH3 yang
disebut gugus metil. Dengan cara yang sama, satu atom hidrogen dikeluarkan dari
molekul etana menghasilkan gugus etil atau C2H5. Gugus-gugus tersebut disebut
gugus alkil karena berasal dari alkana.
beberapa nama gugus
alkil yang umum (Chang, 2004) :
Pemberian
nama senyawa karbon didasarkan pada aturan IUPAC (international Union and Pure
Applied Chemistry). Tata nama alkana berdasarkan aturan IUPAC, sebagai berikut.
a) Nama
alkana diambil berdasarkan jumlah atom karbon yang menyusunnya dan diakhiri
dengan akhiran “ana”
b) Bila
strukturnya telah diketahui dan merupakan rantai karbon tak bercabang, maka
didepan nama tersebut diberi huru n (dari kata normal).
Misalnya: CH3- CH2-CH2- CH3 : n-butana 3.
c) Bila
rantai karbon bercabang, maka ditentukan dahulu rantai utama (rantai induk),
yaitu rantai atom karbon terpanjang
d) Atom-atom
C yang terletak di luar atom C terpanjang merupakan cabang atau gugus alkil.
e) Berilah
nomor pada atom-atom C di rantai terpanjang, atom C yang mengikat alkil diberi
nomor sekecil mungkin
f) Alkil-alkil
yang tidak sejenis dituliskan berdasarkan urutan abjad nya (butil, etil, metil,
propil)
g) Alkil-alkil
sejenis penulisannya digabung dengan diberi awalan 2(di), 3 (tri), 4 (tetra),
dan seterusnya.
h) Apabila
salah satu atom C pada rantai terpanjang mengikat dua gugus alkil, maka
penulisannya harus diulang.
i)
Alkil yang mengandung C terbanyak
terikat pada atom C rantai terpanjang dengan nomor terkecil.
j) Jika terdapat beberapa alternatif rantai
C terpanjang harus dipilih rantai C yang mengandung gugus alkil sebanyak
mungkin.
k) Menentukan
gugus cabang yang terikat pada rantai utama. Gugus cabang pada alkana umumnya
merupakan gugus alkil, yaitu gugus hidrokarbon (alkana) yang kehilangan satu
atom karbon. Rumus umum alkil adalah CnH2n+1. Nama gugus alkil disesuaikan
dengan nama alkananya dengan mengganti akhiran ana dengan akhiran il.
l)
Gugus alkil yang mempunyi rantai
bercabang atau tidak terikat pada atom karbon primer diberi nama tertentu
m) Urutan
penulisan :
Nomor letak cabang – nama cabang –
nama rantai utama
Karena
rantai karbon terpanjang mempunyai empat atom C, nama induk senyawa tersebut
adalah butana. Terdapat satu gugus metil yang terikat pada karbon nomor 2,
sehingga nama senyawa tersebut adalah 2-metil-butana. Apabila terdapat gugus
alkil sejenis dan jumlahnya lebih dari satu, maka didepan nama alkil tersebut
diberi awalan dengan bilangan yang dinyatakan dengan bahasa yunani seperti berikut
:
Penulisan
nama alkana jika terdapat tiga cabang yang sama
2,2,4-trimetil-pentana
nama
induk dari senyawa tersebut adalah pentana, hal ini dikarenakan mempunyai 5
atom karbon. Selain itu terdapat dua gugus metil terikat pada atom karbon nomor
2 dan satu gugus metil terikat pada atom karbon nomor 4, sehingga nama senyawa
tersebut adalah 2,2,4-trimetil-pentana. Karena jumlah total gugus alkil yaitu
gugus metil ada 3, sehingga diberi awalan “tri”.
2.
Alkena
Alkena adalah
hidrokarbon dengan satu ikatan rangkap -C=C-. Alkena dan sikloalkena merupakan
hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon-karbon.
Senyawa tersebut dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum
atom yang sebenarnya dapat ditampung oleh setiap karbon. Alkena mempunyai rumus
umum CnH2n dengan n = 2, 3 dst (Chang, 2004)
Penamaan alkena
hampir sama dengan cara penamaan alkana. Dalam penamaan alkena tandai posisi
ikatan rangkap dua karbon-karbon. Nama senyawa yang mengandung ikatan C=C di
akhiri dengan –ena. Seperti halnya dengan alkana, nama senyawa induk ditentukan
oleh banyaknya atom karbon pada rantai terpanjang. Atom karbon nomor satu
adalah nomor atom yang paling dekat dengan ikatan rangkap dua (Chang, 2004).
CH2=CH-CH2-CH3 CH2-CH=CH-CH3
1-butena 2-butena
Angka-angka
dalam nama alkena mengacu pada atom karbon bernomor terendah dalam rantai yang
merupakan bagian dari ikatan C=C alkena tersebut. Nama “butena” berarti bahwa
ada empat atom karbon dalam rantai terpanjang. Senyawa tersebut diberi nama
1-butana, karena terdapat 4 atom karbon dan posisi ikatan rangkap dua karbon-karbon
terdapat pada rantai nomor 1, sehingga nama senyawa tersebut 1-butena. Sama
halnya dengan 2-butena, terdapat 4 atom karbon dan posisi ikatan rangkap dua
karbon-karbon terdapat pada rantai nomor 2 .
Urutan penulisan senyawa alkena :
Nomor
letak cabang – nama cabang – nomor rangkap – nama rantai utama
Contoh penulisansenyawa Alkena :
5-metil-2-heksena
3.
Alkuna
Alkuna merupakan
hidrokarbon tidak jenuh yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap tiga
karbon-karbon. Alkuna yang paling sederhana ialah asetilena, yang merupakan gas
penting. Alkuna sering disebut asetilena (Pine, dkk. 1998). Rumus umum dari
alkuna adalah CnH2n-2.
Penamaan senyawa
alkuna sama dengan penamaan senyawa alkana dan alkena. Nama senyawa yang
mengandung ikatan C≡C diakhiri dengan –una. Seperti sebelumnya, nama senyawa
tidak ditentukan oleh banyaknya atom karbon didalam rantai yang terpanjang.
Seperti kasus alkena, nama alkuna menandai letak ikatan rangkap tiga
karbon-karbon, misalnya (Chang, 2004) :
CH≡C-CH2-CH3 Ã
1-butuna CH3-C≡C-CH3 Ã 2-butuna
Urutan penulisan senyawa alkuna
sama dengan senyawa alkena, yaitu :
Nomor
letak cabang – nama cabang – nomor rangkap – nama rantai utama
Contoh
penulisan alkuna :
4-metil-2-heksuna
TURUNAN
HIDROKARBON :
1. Alkohol
(alkanol)
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus
hidroksil (−OH). Senyawa alkohol dengan satu gugus −OH mempunyai rumus umum
CnH2n+2O.
Berdasarkan jumlah atom C yang terikat pada atom C
yang mengikat gugus −OH, alkohol dibedakan menjadi:
alkohol primer, yaitu alkohol dengan gugus −OH
terikat pada atom C primer (atom C yang hanya terikat langsung dengan 1 atom C
lainnya)
alkohol sekunder, yaitu alkohol dengan gugus −OH
terikat pada atom C sekunder (atom C yang terikat langsung dengan 2 atom C
lainnya)
alkohol tersier, yaitu alkohol dengan gugus −OH
terikat pada atom C tersier (atom C yang terikat langsung dengan 3 atom C
lainnya)
Tata nama IUPAC:
a.
Rantai karbon
terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −OH ditetapkan sebagai
rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan mengganti
akhiran “-a” pada alkana menjadi “-ol”. Misalnya, etana menjadi etanol.
b.
Penomoran
dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat gugus −OH diprioritaskan
mempunyai nomor yang sekecil mungkin.
2. Eter
(alkoksialkana)
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus
alkoksi (−OR′). Senyawa eter dengan satu gugus −OR′ mempunyai rumus umum
CnH2n+2O. Eter dapat dilihat sebagai dua gugus alkil, yakni R dan R′ yang
terikat pada satu atom O.
Tata nama IUPAC:
a.
Gugus alkil yang
lebih panjang ditetapkan sebagai rantai induk alkana. Sedangkan, gugus alkil
yang lebih pendek sebagai gugus alkoksi.
b.
Penomoran
dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat gugus −OR′ diprioritaskan mempunyai
nomor yang sekecil mungkin.
3. Aldehida
(alkanal)
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus
−CHO, yaitu gugus karbonil (−CO−) pada ujung rantai. Gugus −CO− pada aldehida
terikat dengan satu atom H dan satu gugus alkil R. Senyawa aldehida dengan satu
gugus −CO− mempunyai rumus umum CnH2nO.
Tata nama IUPAC:
Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak
yang mengandung gugus −CHO ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai
induk tersebut diberi nama dengan mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi
“-al”. Misalnya, propana menjadi propanal. Gugus fungsi −CHO selalu ditetapkan
sebagai atom C nomor satu pada rantai induk, sehingga tidak perlu dinyatakan
nomor posisinya.
4. Keton (alkanon),
yaitu
senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karbonil (−CO−) pada tengah rantai.
Gugus −CO− pada keton terikat dengan dua gugus alkil R dan R′. Senyawa keton
dengan satu gugus −CO− mempunyai rumus umum CnH2nO.
Tata
nama IUPAC:
a.
Rantai terpanjang dengan cabang
terbanyak yang mengandung gugus −CO− ditetapkan sebagai rantai induk.
Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan mengganti akhiran “-a”
pada alkana menjadi “-on”. Misalnya, propana menjadi propanon.
b.
Penomoran dilakukan sedemikian sehingga
posisi gugus −CO− diprioritaskan mempunyai nomor yang sekecil mungkin.
5. Asam
karboksilat (asam alkanoat)
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus
karboksil (−COOH). Gugus −COOH merupakan gugus yang terdiri dari gugus karbonil
(−CO−) dan gugus hidroksil (−OH). Senyawa asam karboksilat dengan satu gugus
−COOH mempunyai rumus umum CnH2nO2.
Tata nama IUPAC:
a.
Rantai
terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −COOH ditetapkan
sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan
awalan kata “asam” dan akhiran “-a” pada alkana diganti menjadi “-oat”.
Misalnya, butana menjadi asam butanoat.
b.
Penomoran selalu
dimulai dari atom C gugus −COOH sebagai atom C nomor 1.
6. Ester (alkil alkanoat)
yaitu
senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karboalkoksi (−COOR′). Gugus −COOR′
merupakan gugus yang terdiri dari gugus karbonil (−CO−) dan gugus alkoksi
(−OR′). Senyawa ester dengan satu gugus −COOR′ mempunyai rumus umum CnH2nO2.
Tata
nama IUPAC:
Rumus
ester dapat ditulis sebagai RCOOR′ dan nama IUPAC ester adalah alkil alkanoat.
Nama gugus alkil berasal dari nama gugus R′ yang terikat pada atom O.
Sedangkan, nama alkanoat diambil dari nama gugus RCOO.
7. Alkil halida (haloalkana)
yaitu
senyawa turunan alkana yang memiliki atom halogen −X (F, Cl, Br, atau I).
Senyawa haloalkana dengan satu atom halogen X mempunyai rumus umum CnH2n+1X.
Tata
nama IUPAC:
a.
Rantai karbon terpanjang dengan cabang
terbanyak yang mengandung atom halogen ditetapkan sebagai rantai induk.
b.
Penomoran dilakukan sedemikian sehingga
atom C yang mengikat atom halogen diprioritaskan mempunyai nomor yang sekecil
mungkin.
c.
Atom halogen diberi nama bromo (Br),
kloro (Cl), fluoro (F), dan iodo (I). Nama atom halogen ditulis terlebih dahulu
sebelum nama cabang alkil.
d.
Jika terdapat dua atau lebih atom
halogen sejenis, maka nama dinyatakan dengan awalan “di-”, “tri-”, “tetra-”,
dan seterusnya. Misalnya, difluoro, trikloro, dan sebagainya.
e.
Jika terdapat lebih dari satu jenis atom
halogen, maka prioritas penomoran didasarkan pada kereaktifan atom halogen
mulai dari F, Cl, Br, kemudian I. Akan tetapi, penulisan nama tetap secara
alfabetik, yaitu dari bromo (Br), kloro (Cl), fluoro (F), lalu iodo (I).
Referensi
:
Amalia, A. 2018. Pengembangan
Lembar Kerja Peserta Didik (Lkpd) Berbasis Think Talk Write (Ttw) Pada Materi Hidrokarbon Untuk Kelas Xi Ipa Ma
Al-Mustaqim [SKRIPSI]. Pontianak : Universitas Muhammadiyah Pontianak.
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_alkana_rantai_lurus. Diakses 24
April 2020