PERCOBAAN V
ELEKTROKIMIA : SEL ELEKTROLISIS
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini
adalah mempelajari sel
elektrolisis dan mengamati yang terjadi di katoda dan di anoda pada elektrolisis
larutan NaCl.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Elektrolisis
adalah peristiwa penguraian suatu elektrolit oleh suatu arus listrik. Jika
dalam sel volta energy kimia diubah menjadi energy listrik, maka dalam sel
elektrolisis yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu energy listrik diubah
menjadi energy kimia. Dengan mengalirkan arus listrik ke dalam suatu larutan
atau leburan elektrolit, akan diperoleh reaksi reduksi yang terjadi dalam sel
elektrolisi. Faktor yang menentukan reaksi kimia elektrolisis antara lain konsentrasi
(keaktifan) elektrolit yang berbeda, ada yang bersifat inert (tak aktif) dab
elektoda tak inert (Anshory, 1984).
Elektrolisis
terjadi ketika aliran arus listrik melalui senyawa ionik dan mengalami reaksi
kimia. Larutan elektrolit dapat menghantar listrik karena mengandung ion-ion
yang dapat bergerak bebas. Ion-ion tersebut yang menghantarkan arus listrik
melalui larutan. Hantaran listrik melalui larutan elektrolit terjadi ketika
sumber arus searah memberi muatan yang berbeda pada kedua elektroda. Katoda
(elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif) bermuatan negatif, sedangkan
anoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif) bermuatan positif.
Spesi (ion, molekul, atau atom) tertentu dalam larutan akan mengambil elektron
dari katoda, sementara spesi lainnya melepas elektron ke anoda. Selanjutnya
elektron akan dialirkan ke katoda melalui sumber arus searah. Faktor yang
mempengaruhi elektrolisis antara lain penggunaan katalisator, luas permukaan
tercelup, sifat logam bahan elektroda, konsentrasi pereaksi, dan besar tegangan
eksternal (Wahyono dkk, 2017).
Dalam elektrolisis, sumber aliran listrik digunakan
untuk mendesak electron agar mengalir dalam arah yang berlawanan. Dengan aliran
spontan. Hubungan antara jumlah energy listrik yang dikonsumsi dan perubahan
kimia yang dihasillkan dalam elektrolisis merupakan salah satu persoalan
penting yang dicarikan jawabannya oleh Michel Faraday. Hukum faraday pertama
tentang tentang elektrolisis menyatakan bahwa “jumlah perubahan kimia yang
dihasilkan sebanding dengan besarnya muatan listrik yang melewati suatu
elektrolisis”. Hukum kedua tentang elektrolisis menyatakan bahwa : “Sejumlah
tertentu arus listrik menghasilkan jumlah ekivalen yang sama dari benda apa
saja dalam suatu elektrolisis” (Petrucci, 1985).
III.
ALAT
DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah tabung U, kabel, adaptor, gelas beker, pipet tetes, penjepit, elektroda C, neraca ohaus, batang
pengaduk, gelas bejana, dan arus listrik (DC).
B. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah Larutan
NaCl
0,5 M,
indikator fenolftalein, dan akuades.
IV.
PROSEDUR
KERJA
A.
Dasar
Reaksi Oksidasi-Reduksi pada sel Elektrolisis
1.
Memasang pipa U di statif dan kedua lubang diberikan
elektroda karbon yang sudah dirangkai dengan kabel yang dihubungkan dengan
adaptor.
2.
Memasukkan larutan NaCl pada
gelas beker, tuangkan ke dalam tabung U.
3.
Menambahkan 3 tetes indicator
fenolftalein ke dalam masing-masing lubang pipa U.
4.
Setelah itu, tutup kedua lubang dengan
menggunakan kapas.
5.
Mengamati
dan bandingkan perubahan yang terjadi pada masing-masing elektroda pada
masing-masing lubang pipa U, kemudian tuliskan reaksi yang terjadi pada katoda
dan anodanya.
B.
Menghitung
Endapan pada Reaksi Elektrolisis Larutan Garam Nacl
1.
Menimbang empat buah electrode grafit.
Kemudian susunlah alat seperti pada gambar di bawah ini :
2.
Menimbang sebanyak 100 gram NaCl ,
Larutkan ke dalam 100 ml akuades. Cairan dibagi menjadi dua bagian dan masukkan
ke dalam gelas bejana.
3.
Memasukkan electrode grafit (karbon)
pada masing-masing bejana. Kedua elektroda salah satu bejana dihubungkan arus
listrik (DC), dan dialiri arus sebesar 5 ampere selama 1 jam. Sedangkan bejana
yang lain tidak dihubungkan dengan arus
listrik.
4.
Mengamati dan membandingkan perubahan
yang terjadi pada msing-masing elektroda pada setiap bejana kemudia tuliskan
reaksi yang terjadi pada katoda dan anodanya.
5.
Menimbang kembali empat buah elektroda
yang telah digunakan, hitunglah endapan yang terbentuk pada elektroda.
Bandingkan berat endapan yang diperoleh dengan hasil perhitungan
V.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
dan Perhitungan
1. Hasil
a. Dasar
Reaksi Oksidasi Reduksi Pada Sel Elektrolisis
No
|
Percobaaan
|
Pengamatan
|
1.
|
Memasang
pipa U di statif dan kedua lubang diberikan elektrode karbon yang sudah
dirangkai dengan kabel yang dihubungkan dengan adaptor
|
-
|
2.
|
Memasukkan
larutan NaCl pada gelas beker, tuangkan kedalam tabung U
|
-
|
3.
|
Menambahkan
3 tetes indikator fenolfhalein kedalam masing-masing lubang pipa U
|
-
|
4.
|
Menutup
kedua lubang dengan kapas
|
-
|
5.
|
Mengamati
dan membandingkan perubahan yang terjadi masing-masing elektrode pada
masing-masing pipa U. Kemudian tuliskan reaksi yang terjadi pada katoda dan
anodanya
|
Katoda
Setelah
ditutup kapas dan dialiri listrik berubah menjadi banyak gelembung dan warna
menjadi merah muda hingga ungu.
Anoda
Setelah
ditutup kapas dan dialiri listrik berubah menjadi tidak banyak gelembung dan
warna menjadi putih
Reaksi di anoda
2Cl-(l)
→ Cl2 (g) + 2e-
Reaksi di katoda
2H2O(l)
+ 2e- → 2OH-(aq) + H2(g)
Reaksi redoks yang terjadi
2Cl-(l)
+ 2H2O(l) → Cl2 (g) + 2OH-(aq)
+H2(g)
|
b.
Menghitung Endapan Pada Reaksi Elektrolisis
Larutan Garam NaCl
No
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
|
Menimbang
empat buah electrode grafit. Kemudian susunlah alat seperti pada gambar
|
massa
grafit 1, 2, 3, dan 4 = 12,01 gram
|
2.
|
Menimbang
sebanyak 100 gram NaCl , Larutkan ke dalam 100 ml akuades. Cairan dibagi
menjadi dua bagian dan masukkan ke dalam gelas bejana.
|
-
|
3.
|
Memasukkan
elektrode grafit (karbon) pada masing-masing bejana. Kedua elektroda salah
satu bejana dihubungkan arus listrik (DC), dan dialiri arus sebesar 5 ampere
selama 1 jam. Sedangkan bejana yang lain tidak dihubungkan dengan arus listrik.
|
t
= 1 jam = 3600 detik
I
= 5 Ampere
|
4.
|
Mengamati
dan membandingkan perubahan yang terjadi pada masing-masing elektroda pada
setiap bejana kemudian tuliskan reaksi yang terjadi pada katoda dan anodanya.
|
Elektrode
yang dialiri arus listrik arusnya meningkat sekitar 50%. Sedangkan elektrode
yang tidak dialiri arus listrik beratnya hanya meningkat 0,01%.
Reaksi di anoda
2Cl-(l)
→ Cl2 (g) + 2e-
Reaksi di katoda
2Na+(l)→
2Na(s) + 2e-
|
5.
|
Menimbang kembali empat buah elektroda
yang telah digunakan, hitunglah endapan yang terbentuk pada elektroda.
Bandingkan berat endapan yang diperoleh dengan hasil perhitungan
|
Berat
elektrode yang dialiri arus listrik = 18,015 gram
Berat
elektrode yang tidak dialiri arus listrik = 12,011 gram
|
2. Perhitungan
Perhitungan mol zat yang terbentuk berdasrkan hukum
faraday.
Kuat arus listrik (l) = 5 ampere
Waktu (t) katoda = 3600 sekon
Anoda
= 3600 sekon
Reaksi :
Anoda
(oksidasi) : 2Cl-(l) Ã Cl2(g) +
2e-
Katoda (reduksi)
: 2Na+(l) + 2e- Ã 2Na(s
Reaksi redoks : 2Na+ (l) + Cl-
Ã
2Na(s) + Cl2(g)
Diketahui
: I = 5 A
t = Katoda = 3600 s Mr
Na= 23 gr/mol
Anoda = 3600 s Mr Cl2= 71gr/mol
Ditanya
: massa Na dan Cl2
Jawab
:
a. Menghitung
muatan listrik yang digunakan
Q = i x t
= 5 A x 3600 s = 18.000 C
b. Menghitung
jumlah mol electron yang setara dengan muatan listrik
1 mol e- = 1
faraday = 96.500 C mol-1
Jumlah mol electron
untuk 18.000 C =
Q
=
18.000 C =
0,1865 mol = 18,65 x 10-2 mol
F 96.500 C mol-1
F 96.500 C mol-1
Berdasarkan persamaan reaksi dikatoda ,
jadi 18,65 x 10-2 mol electron dapat mengendapkan ion Na+ sebanyak
:
1 mol Na+
x 18,65 x 10-2 mol = 9,325 10-2 mol
2 mol e-
Jadi, ion Na+ yang
diendapkan sebanyak = 9,325 x 10-2 mol
c. Massa
Na yang diendapkan dikatoda sebesar
9,325 x 10-2 mol
x Ar Na = 9,325 x 10-2 mol x 23 g/mol
= 214,475 x 10-2
= 2,14475 gram
d. Berdasarkan
persamaan reaksi di anoda
Mol gas Cl2 yang
dihasilkan adalah :
1
mol Cl2 x 18,65 x 10-2 mol = 9,325 10-2
mol
2
mol e-
2
Volume
gas Cl2 ( STP ) yang
dihasilkan :
Volume Cl2 ( STP ) =
mol Cl2 x 22,4 L
= 9,325 x 10-2 mol . 22,4 L
= 208,88 x 10-2
L
= 2,0888 L
Massa Cl2 =
Jadi, produk
yang dihasilkan di katoda adalah 2,144 gram endapan Na dan 2,088 L gas Cl2 (STP) di anoda.
Hasil
masa endapan saat ditimbang setelah dialiri arus listrik = 18,015 gram.
Terdapat penambahan endapan Na sebanyak 6.005 gram. Peningkatan berat elektroda
sebesar 50%.
Hasil
masa endapan saat ditimbang yang tidak dialiri arus listrik = 2,011 gram. Terdapat
penambahan endapan Na sebanyak 0,001 gram. Peningkatan berat elektroda sebesar
0,01%.
B. Pembahasan
Sel
elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik yang menghasilkan reaksi
redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita,
baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel
elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari. Baterai aku yang sedang diisi kembali
(recharge) mengubah energy listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan
yang diingikan (Sudarmo, 2006).
Rangkaian
sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta, yang membedakan sel elektrolisis
dari sel volta adalah pada sel elektrolisis komponen voltmeter diganti dengan
sumber arus (umumnya baterai) larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis,
ditempatkan dalam suatu wadah, selanjutnya elektroda dicelupkan ke dalam
larutan maupun lelehan dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya
merupakan elektroda inert, seperti grafit (C), platina (Pt) dan emas (Au).
Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi
berlangsung di katooda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di anoda. Kutub
negative sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan electron) dan kutub
positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan
negative dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam.
Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan
teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk
mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda (Dogra, 2005).
Percobaan
pertama dilakukan untuk mengetahui reaksi oksidasi reduksi pada sel
elektrolisis. Pertama memasang pipa U distatif dan kedua lubang pipa diberi
elektrode karbon. Elektrode dihubungkan dengan power supply menggunakan kabel
dan penjepit. Larutan NaCl dimasukkan pada tabung U, lalu ditambahkan indikator
fenolfhalein pada masing-masing lubang tabung U. Setelah itu, kedua lubang
ditutup dengan kapas. Indikator fenolfhatein berfungsi sebagai pertanda bahwa
reaksi sudah mengalami oksidasi atau reduksi. Hasil pada katoda menunjukkan
setelah ditambahkan indikator fenolfhatein warna berubah dari bening menjadi
merah muda. Fenolftalein adalah
salah satu indikator asam – basa sintetik yang memiliki rentang pH antara 8,00
– 10,0. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan
bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan berubah menjadi merah
muda.
Elektrolisis larutan NaCl menggunakan elektroda
inert, yaitu elektrode karbon. Pada katoda akan terjadi persaingan antara
kation Na+ dengan air. Berdasarkan nilai potensial standar reduksi),
air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini
berarti, air lebih mudah tereduksi dibandingkan ion Na+, maka zat yang
bereaksi di katoda adalah air. E°red ion Cl- dan air hampir sama,
oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), maka
oksidasi ion Cl lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, zat yang
bereaksi di anoda adalah ion Cl. Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl
menghasilkan gas H2 dan ion OH- (basa) di katoda yang terbentuk karena reaksi reduksi air. Dari reduksi
air juga terdapat OH-, sehingga larutan pada katode bersifat basa,
hal inilah yang membuat larutan pada katode akan berubah warna menjadi merah
muda ketika diberi cairan fenolftalein. Terbentuknya
ion OH- pada katoda dapat dibuktikan dengan perubahan warna larutan
dari bening menjadi merah muda setelah diberi indikator fenolftalein (pp).
sedangkan di anoda dihasilkan gelembung gas Cl2 di anoda, yang terbentuk karena oksidasi anion Cl-. Gas
inilah yang menyebabkan bau tidak enak. Dari hasil reaksi oksidasi Cl-,
tidak terdapat ion OH- atau H+, maka larutan pada anode
bersifat netral. Karena larutan bersifat netral maka ketika larutan diberi
cairan fenolftalein larutan di anode tidak akan berubah warna
reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :
Reaksi di Anoda 2Cl-(l) → Cl2 (g) + 2e-
Reaksi di Katoda 2H2O(l) + 2e-
→ 2OH-(aq) + H2(g) +
Reaksi
Redoks 2Cl-(l)
+ 2H2O(l) → Cl2 (g) + 2OH-(aq)
+H2(g)
Percobaan kedua dilakukan dengan prinsip reaksi pada
sel elektrolisis untuk melihat dan menghitung endapan yang dihasilkan pada
elektrolisis NaCl. Hal yang pertama dilakukan adalah larutan NaCl dibagi ke
dalam 2 bejana yang masing-masing lubang bejana diisi dengan elektrode karbon.
Masing-masing elektrode ditimbang dahulu untuk mengetahui berat awal sebelum
reaksi. Hal ini dilakukan untuk dapat menghitung endapan yang ada setelah
reaksi. Salah satu bejana masing-masing elektrodenya dihubungkan dengan arus
listrik sedangkan yang satunya tidak dihubungkan. Perlakuan ini berfungsi untuk
mengetahui apakah terdapat reaksi elektrolisis jika suatu larutan dihubungkan
dengan arus listrik. Arus listrik yang di alirkan sebesar 5 ampere selama 1
jam. Setelah 1 jam hasil menunjukkan bahwa berat elektrode pada bejana yang
dialiri arus listrik meningkat sebesar 50%. Grafit 1 dan 2 yang semula berat
awalnya 12,01 gram menjadi 18,015 gram dengan penambahan endapan Na sebanyak
6.005 gram. Pada perhitungan menunjukkan endapan logam natrium yang diperoleh adalah 2,144 gram. Antara hasil endapan percobaan
dengan perhitungan menunjukkan angka yang sedikit berbeda dengan perbedaan
sekitar 3.861 gram. Perbedaan ini terjadi kemungkinan karena kesalahan dalam
melakukan prosedur dan penggunaan alat. Sedangkan berat electrode yaitu grafit
3 dan 4 yang tidak dialiri oleh listrik hanya meningkat 0,01%, dari 12,01 gram
menjadi 12,011 gram. Hampir tidak adanya peningkatan berat dikarenakan tidak
dialiri arus listrik pada katodanya. Peningkatan berat elektrode menunjukkan
adanya endapan pada electrode. Terbentuknya endapan di katoda karena ion-ion
bermuatan listrik berpindah dari anoda melalui elektrolit menuju ke katoda.
Dapat diketahui bahwa dalam reaksi sel elektrolisis, di katoda akan
menghasilkan endapan logam natrium dan pada anoda akan menghasilkan gelombang
gas yaitu gas klor (Cl2). Reaksi yang terjadi pada percobaan ini
adalah :
Elektrolisis
larutan garam NaCl dalam electrode karbon :
NaCl(l)
Ã
Na+ (l) + Cl-(l)
Karena
yang dielektrolisis adalah lelehan senyawa ion dengan electrode karbon
(elektroda inert), maka kation (Na+) akan direduksi di katoda dan
anion (Cl-) akan dioksidasi di anoda.
Reaksi :
Anoda (oksidasi) : 2Cl-(l) Ã Cl2(g) +
2e-
Katoda (reduksi) : 2Na+(l)
+ 2e- Ã
2Na(s)
Reaksi redoks : 2Na+ (l) + Cl- Ã
2Na(s) + Cl2(g)
VI.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang di dapat dari percobaan ini adalah :
1. Sel elektrolisis mengalami reaksi redoks, dimana Reaksi
reduksi berlangsung di katoda, sedangkan
reaksi oksidasi berlangsung di anoda. katoda bermuatan
negatif dan anoda bermuatan positif. Tujuan elektrolisis
adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.
2. Reaksi
sel elektrolisis larutan NaCl dalam pipa U yang diberi indikator akan
menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH- di katoda serta
gelembung gas Cl2 di anoda. Reaksi sel elektrolisis larutan garam
NaCl dalam bejana yang dialiri listrik akan menghasilkan endapan Na pada katoda
dan menghasilkan gas Cl2 pada
anoda.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshory, I. 1984. Kimia. Ganesha Exact, Bandung.
Dogra. 2005. Kimia Fisika. Universitas Indonesia, Jakarta.
Petrucci, R.H.1985. Kimia dasar prinsip dan terapan modern edisi
keempat jilid
3. Erlangga, Jakarta
Sudarmo, U. 2006. Kimia 3. Erlangga, Jakarta.
Wahyono, Y., Sutanto, H., & Hidayanto, E. 2017. Produksi
gas hydrogen menggunakan metode elektrolisis dari elektrolit air dan air laut
dengan penambahan katalis NaOH. Youngster Physics Journal, 6(4),
353-359.